ANALISIS DAMPAK KEBIJAKAN TARIF IMPOR SERAT KAPAS TERHADAP KESEJAHTERAAN PETANI SERAT KAPAS DI INDONESIA

  • Iwan Hermawan Sekretariat Jenderal DPR-RI
DOI: https://doi.org/10.30908/bilp.v6i1.140
Abstract Views: 3131 | PDF Downloads: 2308

Downloads

Download data is not yet available.
  
Keywords: Serat Kapas, Tarif Impor, Kesejahteraan Petani, Persamaan Simultan, Cotton, Import Tax, Farmer Welfare, Simultaneous Equations

Abstract

Serat kapas sebagai bahan baku utama turut mendorong perkembangan industri TPT, namun hampir seluruhnya justru diimpor. Di sisi lain Indonesia memiliki potensi besar untuk mengembangkan tanaman serat kapas. Berdasarkan fenomena tersebut, serat kapas merupakan bagian dari sistem industri nasional dan intervensi Pemerintah diharapkan dapat mengamankan penerimaan negara dan meningkatkan kemandirian terhadap serat kapas. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dampak kebijakan tarif impor terhadap kesejahteraan petani kapas di Indonesia. Penelitian ini menggunakan data runtut waktu dan pendekatan persamaan simultan yang dikonstruksikan dalam model ekonomi. Hasil analisis menunjukkan (1) kebijakan menaikkan tarif impor serat kapas belum mampu meningkatkan dan mencapai target produksi yang ditetapkan oleh Kementerian Pertanian meskipun kebijakan ini mampu meningkatkan kesejahteraan petani serat kapas di dalam negeri, (2) kombinasi kebijakan tarif impor dengan ekstensifikasi luas lahan tanaman kapas berdampak positif terhadap peningkatan produksi serat kapas di dalam negeri, meskipun memiliki dampak positif yang relatif kecil terhadap kesejahteraan petani dibanding kebijakan lainnya pada masa mendatang. Kombinasi kebijakan ini memiliki arti penting untuk mendorong poduksi serat kapas di dalam negeri, dan (3) tanpa adanya kebijakan tarif impor serat kapas, kenaikan harga dunia serat kapas mampu memberikan dampak positif yang terbesar terhadap kesejahteraan petani serat kapas di dalam negeri.

 

Cotton is a raw material behind the rapidly expanding textile and product textile industry, which most of cotton is imported. On the other side Indonesia’a area is potential for cotton cultivation. Due to that phenomenon, cotton is part of the national industrial system and government intervention is expected to ensure budget revenues and self sufficiency. This research is to analyze the impact of impor tariff policies on cotton farmer welfare. This research uses time series data, with simultaneous model. Based on the results showed that (1) policy of raising import tariff will not increase cotton production yet that set by the Ministry of Agriculture in 2014, although it can still improve cotton farmers welfare, (2) import tariffs policy combination with an area extension of cotton give positive impact on production, despite having positive impact on farmers welfare relatively small compared to other policy in the future. Combination of this policy has significant meaning in order to encourage cotton production in the country, and (3) without any policy of import tariff which followed by incerasing of world price cotton is able to give the higest positive impacts to welfare of cotton farmers.

Author Biography

Iwan Hermawan, Sekretariat Jenderal DPR-RI
Pusat Pengkajian dan Pengolahan Data Informasi

References

Atis, E. (2006). Economic impacts on cotton production due to land degradation in the Gediz Delta, Turkey. Land Use Policy, 23, pp.181-186.

Balittas. (2009). Kapas. Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat. Diakses pada tanggal 19 Maret 2012 dari http://balittas.litbang. deptan. go.id/ind/index. php?option=com_c ontent&view=category&id=85&Item id=79.

Basuki, T., M. Sahid, & Y. P. Wanita. (2006). Pengembangan kapas di Indonesia dan permasalahannya. Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat. Diakses pada tanggal 4 Maret 2010 dari http://balittas. litbang.deptan.go.id/ ind/images/ kapasrami/pengembangan%20 kapas%20di%20indonesia.pdf

Brooks, D. H., D. Roland-Holst, & F. Zhai. (2005). Asia’s long term growth and integration: reaching beyond trade policy barrier. Papers. Mandaluyong City: Asian Development Bank.

Direktorat Jenderal Perkebunan. (2009). Diskusi Perkapasan Nasional Dengan Tema: Strategi dan Kebijakan Pengembangan Budidaya Kapas Nasional. Diskusi. Jakarta: Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian.

Direktorat Jenderal Perkebunan. (2010). Luas Areal dan Produksi Perkebunan Seluruh Indonesia Menurut Pengusahaan. Direktorat Jenderal Perkebunan. Diakses pada tanggal 19 Maret 2010 dari http://ditjenbun.deptan. go.id/ cigraph/index.php/viewstat/ komoditiutama/12-Kapas.

Djamaludin, J. C. (2007). Dampak strategis industri TPT dalam menanggapi pencabutan subsidi ekspor kapas negara maju. Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat. Diakses pada tanggal 30 Mei 2010 dari http://balittas.litbang. deptan.go.id/ind/images/kapasrami/ dampak%20strategis%20industri. pdf.

Dunn, R. M. Jr. & J. H. Mutti. (2004). International economics (6th ed.). London: Routledge Tailor and Francis Group.

Falanta, E. (2011). Walau harga naik, industri tekstil tetap genjot impor kapas. Diakses pada tanggal 6 Maret 2012 dari http://industri. kontan.co.id/news/ walau-harganaik-industri-tekstil-tetap-genjotimpor-kapas-1/2011/03.

Ina & Dwi. (2008). Kapas impor sulitkan industri TPT nasional. Diakses pada tanggal 18 Maret 2010 dari http://www.infogue. com/viewstory/2008/07/ 25/ kapas_impor_sulitkan_industri_ tpt_nasional/?url=http://www. jawapos.com/halaman/index. php?act=detail&nid=14045.

Kementerian Pertanian. (2010). Rencana strategis Kementerian Pertanian tahun 2010-2014. Jakarta: Kementerian Pertanian.

Koutsoyiannis. (1982). Theory of econometrics (6th ed.). London: The MacMillan Press Ltd.

Pindyck, R. S. & D. L. Rubinfeld. (1991). Econometric model and economic forecast (3rd ed.). New York: Mc Graw-Hill International Editions.

Sagala, A. (2007). Kebijakan sektor indutri TPT dalam mendukung pengembangan kapas dan rami pasca pencabutan subsidi ekspor kapas negara maju. Prosiding Lokakarya Nasional Kapas dan Rami. Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan Departemen Pertanian.

Suaramedia. (2010). Brazil terapkan sanksi dagang atas sengketa kapas. Diakses pada tanggal 19 Maret 2012 dari http://www.suaramedia.com/ekonomi-bisnis/ ekonomi/18439-brazil-terapkansanksi-dagang-atas-sengketakapas. html.

Sudaryanto, T. & P. U. Hadi. (2007). Analisis dampak pencabutan subsidi ekspor kapas negara maju terhadap ekonomi kapas Indonesia. Prosiding Lokakarya Nasional Kapas dan Rami. Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan PerkebunanDepartemen Pertanian.

Sulistyowati, E. (2009). Pemanfaatan teknologi transgenik untuk perakitan varietas unggul kapas tahan kekeringan. Perspektif, 8(2), pp.96-107.

Thamrin, S. (2007). Analisis pendapatan petani kapas Bollgard (bt) di Kecamatan Pammana Kabupaten Wajo. Jurnal Agrisistem, 3(2), pp.70-76.

Tomek, W. G. & K. L. Robinson. (1990). Agricultural product prices (3rd ed.). New York: Cornell University Press.

Tubasmedia. (2012). Pengusaha tekstil minta harga kapas diatur. Diakses pada tanggal 19 Maret 2012 dari http://www.tubasmedia.com/berita/ pengusaha-tekstil-minta-hargakapas-diatur/.

W. I, Dadang, Yan, Selamet, M. Azis, T. A. A. Sholeh, F. Faza, & K. Haryanto. (2007). Bisnis kapas mulai bernapas. Diakses pada tanggal 19 Maret 2010 dari http:// www.agrina-online.com/show_ article.php?rid=7&aid=1039.

Published
2012-07-31
How to Cite
Hermawan, I. (2012). ANALISIS DAMPAK KEBIJAKAN TARIF IMPOR SERAT KAPAS TERHADAP KESEJAHTERAAN PETANI SERAT KAPAS DI INDONESIA. Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, 6(1), 89-108. https://doi.org/10.30908/bilp.v6i1.140
Section
Articles