INTEGRASI HARGA BERAS ERA PERDAGANGAN TERBUKA DAN DAMPAKNYA TERHADAP SWASEMBADA DAN KESEJAHTERAAN PELAKU EKONOMI BERAS
Abstract Views: 1868 | PDF Downloads: 2335
Abstract
Abstrak
Kebijakan liberalisasi perdagangan beras dianggap kurang populis dibandingkan progam pencapaian swasembada beras. Volatilitas harga beras dunia dikhawatirkan akan mengganggu kondisi perberasan nasional. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis (a) integrasi harga beras domestik di tingkat pasar dunia dan pasar regional, dan (b) dampak integrasi harga beras terhadap swasembada dan kesejahteraan pelaku ekonomi beras. Pendekatan analisis yang digunakan adalah metode gabungan, yaitu (a) error correction model (ECM), (b) index of market connection (IMC), dan (c) model persamaan simultan. Data yang digunakan adalah data sekunder tahun 1998-2017. Hasil analisis menunjukkan harga beras domestik terintegrasi dengan harga beras dunia pada rezim perdagangan terbuka bebas (tahun 1998-1999) dan terbuka terkendali (tahun 2000-2007 dan tahun 2008-2017). Sementara di tingkat regional, harga beras di Jakarta dengan beberapa kota besar lainnya tidak terintegrasi. Meskipun demikian, melalui transmisi harga beras yang terbentuk menunjukkan adanya trade off antara peningkatan kesejahteraan produsen dan konsumen saat rezim pasar terbuka-bebas dibandingkan rezim pasar terbuka-terkendali. Hasil analisis yang sangat menarik adalah kebijakan pasar bebas ternyata lebih merangsang peningkatan kesejahteraan produsen daripada rezim pasar terbuka-terkendali. Tingkat swasembada beras yang menurun mengindikasikan terjadinya realokasi sumber daya. Oleh karena itu, kebijakan perdagangan bebas bukan harus dihindari, tetapi dapat menjadi opsi kebijakan untuk membantu memenuhi kebutuhan beras domestik.
Abstract
Trust through the rice world market was not considered as a populist option than the reach of rice self-sufficiency. Its volatility could negatively affect on domestic rice condition. This research analyzed (a) integration of domestic rice price at the world and regional market level, and (b) its impact on the rice self-sufficiency and the welfare of rice economic agents. The approach used joint methods, includes (a) error correction model (ECM), (b) index of market connection (IMC), and (c) simultaneous equations model. Secondary data was used in the period year 1998-2017. The result shows that domestic rice price is integrated with world rice price in open market regimes (the year 1998-1999) and open controlled market regimes (the year 2000-2007 and year 2008-2017). While at the regional level, rice prices in Jakarta with some of the big cities were relatively not integrated. Rice price transmission has revealed a trade-off between increasing producer’s and consumer’s welfare on free-market regimes compared with open under control regimes. Moreover, surprisingly, the free-market policy was more stimulating to increase producer’s welfare than opened under the control regime. Rice self-sufficiency level decreasing represented resource reallocation. Hence, free trade rice policy is not a sin. It should be a potential option to help meet domestic rice needs.
JEL Classification: C13, F13, F14
References
Agung, I Dewa Gede & Daryanto, J. (2017). Analisis Integrasi Pasar Beras di Provinsi Bali. E-Jurnal Agribisnis dan Agrowisata, Vol. 6, No. 1, pp. 115-121.
Akintunde, O.K., Yusuf, S.A., Bolarinwa, A.O., & Ibe, R.B. (2012). Price Formation and Transmission of Staple Food Stuffs in Osun State, Nigeria. Journal of Agricultural and Biological Science, Vol. 7, No. 9, pp. 699-708.
Alexander, C., & Wyeth, J. (1994). Cointegration and Market Integration: An Application to The Indonesian Rice Market. The Journal of Development Studies, Vol. 30, No. 2, pp. 303-328.
Andriyanto, T. (2012). Pengaruh Letter of Intent (LoI) IMF terhadap Pelemahan Ketahanan Pangan Beras Indonesia 1995-2009. Skripsi. Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Indonesia.
Arifin, B. (2007). Diagnosis ekonomi politik pangan dan pertanian. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Arnanto, Hartoyo, S., & Rindayati, W. (2014). Analisis Integrasi Pasar Spasial Komoditi Pangan Antar Provinsi di Indonesia. Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Pembanguan, Vol. 3, No. 2, hal. 136-157
Azahari, D.H., & Hadiutomo, K. (2014). Analisis Keunggulan Komparatif Beras Indonesia. Analisis Kebijakan Pertanian, Vol. 11, No. 1, hal. 61-73.
BPS. (2019). Rata-Rata Konsumsi per Kapita Seminggu Beberapa Macam Bahan Makanan Penting, 2007-2018. https://www.bps.go.id/statictable/2014/09/08/950/rata-rata-konsumsi-per-kapita-seminggu-beberapa-macam-bahan-makanan-penting-2007-2018.html. Diakses 8 Juli 2019.
Bustaman, A.D. (2003). Analisis Integrasi Pasar Beras di Indonesia. Skripsi. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Cahyaningsih, E., Nurmalina, R., & Maulana, A. (2012). Integrasi Spasial dan Vertikal Pasar Beras di Indonesia. Pangan, Vol. 21, No. 4, hal. 317-332.
Carolina, Mulatsih, S., & Anggraeni, L. (2016). Analisis Volatilitas Harga dan Integrasi Pasar Kedelai Indonesia dengan Pasar Kedelai Dunia. Jurnal Agro Ekonomi, Vol. 34 No. 1, hal. 47-66.
Chiang, A.C. (1984). Fundamental methods of mathematical economics. 3rd Ed. New York: McGraw-Hill, Inc.
Dawe, D. (2008). Can Indonesia Trust the World Rice Market? Bulletin of Indonesian Economic Studies, Vol. 44, No. 1, pp. 115-132.
FAO. (2003). Trade Reform and Food Security, Conceptualizing the Linkages. Rome: Food and Agriculture Organization.
Farid, M., Wicaksena, B., Nuryati, Y., Prabowo, D.W., Yulianti, A., & Haryana, A. (2014). Analisis Kebijakan Harga pada Komoditas Pertanian. Jakarta: Pusat Kebijakan Perdagangan Dalam Negeri, Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Perdagangan, Kementerian Perdagangan
Hidayanto, M.W., Anggraeni, L., & Hakim, D.B. (2014). Faktor Penentu Integrasi Pasar Beras di Indonesia. Pangan, Vol. 23, No. 1, hal. 1-16.
Idris, M. (2017). RI Produsen Beras No. 3 Dunia Tapi Harganya Mahal, Kok Bisa? (https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-3534836/ri-produsen-beras-no3-dunia-tapi-harganya-mahal-kok-bisa, diakses 07 Maret 2018).
Irawan, B., Tarigan, H., Wiryono, B., Hestina, J., & Ashar. (2007). Kinerja dan Prospek Pembangunan Hortikultura. Prosiding: Kinerja dan Prospek Pembangunan Pertanian Indonesia. Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Bogor, hal. 66-80.
Ismet, M., Barkley, A.P., & Llewelyn, R.V. (1998). Government Intervention and Market Integration in Indonesian Rice Markets. Agricultural Economics, Vol. 19, No. 3, pp. 283-295.
Keputusan Menteri Keuangan Nomor 568/KMK.01/1999 tentang Penetapan Tarif Bea Masuk Atas Impor Beras dan Gula. 1999. Jakarta.
Kustiari, R., & Suhaeti, R.N. (1998). Rice Market Integration in Indonesia: A Cointegration Analysis. Jurnal Agro Ekonomi, Vol. 17, No. 1, pp. 1-12.
Kusumah, F.P. (2019). Ekonomi Politik dalam Kebijakan Impor Beras: Membaca Arah Kebijakan Pemerintah 2014-2019. POLITIKA: Jurnal Ilmu Politik, Vol. 10, No. 2, hal. 137-162.
Kusumaningsih, A., Jamhari, & Darwanto, D.H. (2016). Analysis of Rice Price Trend and Vertical Integration of Rice Market in Indonesia. Ilmu Pertanian (Agricultural Science), Vol. 1, No. 2, pp. 074-079.
Layade, A.A., & Adeoye, I.B. (2014). Analysis of Price and Market Integration for Onion in Rural-Urban Markets of Oyo State, Nigeria. International Journal of Economics, Finance and Management, Vol. 3, No. 5, pp. 238-243.
Makbul, Y., & Ratnaningtyas, S. (2017). Analysis of the Integration of Rice and Paddy Prices in Indonesia Using a Vector Error Correction Model. International Journal of Applied Business and Economic Research, Vol. 15, No.10, pp. 209-225.
Marks, D. (2010). Unity or Diversity? On the Integration and Efficiency of Rice Markets in Indonesia, c.1920–2006. Explorations in Economic History 47, pp. 310-324.
Moya, P.F., Bordey, F.H., Beltran, J.C., Manalili, R.G., Launio, C.C., Mataia, A.B., Litonjua, A.C., & Dawe, D.C. (2016). In Bordey F.H, Moya P.F, Beltran J.C., and Dawe D.C. (Eds.). Competitiveness of Philippine Rice in Asia. Science City of Muñoz: Philippine Rice Research Institute and Manila, pp. 97-117.
OECD. (2013). OECD-FAO Agricultural Outlook 2013-2022. Paris: OECD Publishing (http://dx.doi.org/10.1787/agr_outlook-2013-en).
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 6/PMK.010/2017 tentang Penetapan Sistem Klasifikasi Barang dan Pembebanan Tarif Bea Masuk Atas Barang Impor. 2017. Jakarta.
Pranolo, T. (2002). LoI-IMF dan Implikasinya terhadap Peranan Bulog. Dalam M.H. Sawit, Tito P., Agus S., Bambang D., dan Sapuan (Eds.). Bulog: Pergulatan dalam Pemantapan Peranan dan Penyesuaian Kelembagaan, Kumpulan Naskah Dalam Rangka Menyambut 35 Tahun Bulog (hal. 417-422). Bogor: Institut Petanian Bogor Press.
Raditya, I.N. (2018). Swasembada Beras Ala Soeharto: Rapuh dan Cuma Fatamorgana. https://tirto.id/swasembada-beras-ala-soeharto-rapuh-dan-cuma-fatamorgana-c2eV, diakses 27 Juli 2019.
Ravallion, M. (1986). Testing Market Integration. American Agricultural Economics Association. 68, pp. 102-109.
Sari, D.L. (2010). Analisis Spread Harga Gabah dan Beras, serta Integrasi Pasar dan Komoditas. Tesis. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Simatupang, P. (1999). Industrialisasi Pertanian sebagai Strategi Agribisnis dan Pembangunan Pertanian dalam Era Globalisasi. Dalam Dinamika Inovasi Ekonomi dan Kelembagaan Pertanian. Buku-2. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian. Bogor
Sofiah, A. (2016). Asimetri Harga Beras di Pasar Internasional dan Indonesia. Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Sugiyanto, C., & Hadiwigeno, S. (2018). Integrasi Pasar Beras Indonesia dengan Pasar Beras Internasional. Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Pembangunan, Vol. 1, No. 2, hal. 79-103.
Varela, G., Carroll, E. A., & Iacovone, L. (2012). Determinants of Market Integration and Price Transmission in Indonesia. Policy Research Working Paper 6098, The World Bank East Asia and Pacific Region.
Widadie, F., & Sutanto, A. (2012). Model Ekonomi Perberasan: Analisis Integrasi Pasar dan Simulasi Kebijakan Harga. SEPA, Vol. 8 No. 2, hal. 51-182.
Copyright (c) 2020 Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.