FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUSEN MIE INSTAN DALAM PENERAPAN STANDAR NASIONAL INDONESIA
Abstract Views: 1746 | PDF Downloads: 3688
Abstract
Saat ini terdapat beberapa produk pangan konsumsi yang beredar di pasaran yang belum diwajibkan menerapkan Standar Nasional Indonesia (SNI), diantaranya produk mie instan. Studi ini mengkaji berbagai pertimbangan pelaku usaha makanan mie instan dalam penerapan SNI sukarela dan persepsi pelaku usaha terhadap penerapan SNI yang dimaksud. Metode analisis yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif dengan model Decision Matrix Analysis (DMA) dan analisis cost and benefit. Berdasarkan hasil kajian ini, faktor-faktor yang mempengaruhi perusahaan menerapkan SNI secara sukarela adalah pemahaman pelaku usaha terhadap materi SNI dan kemampuan lembaga penunjangnya, yaitu lembaga sertifikasi produk, supervisi dan pengawas mutu. Analisis cost and benefit atas persepsi perusahaan menunjukkan bahwa “image” menjadi pertimbangan yang dianggap sebagai benefit bagi perusahaan dalam menerapkan SNI. Sedangkan pertimbangan yang dianggap sebagai cost dalam penerapan SNI secara sukarela adalah biaya pembuatan dan peralatan instalasi laboratorium penguji mutu yang tersertifikasi. Dalam rangka mendukung penerapan SNI diperlukan sosialisasi dan pendampingan terhadap pelaku usaha, insentif pengadaan sarana dan prasarana laboratorium, serta pemangkasan waktu proses pengurusan SNI.
Currently a number of consumer food products in the market, such as instant noodles, are not required to meet Indonesian National Standards (SNI). This study analyses what drives instant noodle manufacturers to voluntarily apply SNI and the perceptions of instant noodle manufacturers in implementing the SNI using Decision Matrix Analysis (DMA) and Cost and Benefit Analysis. This study finds that key factors in a manufacturer’s decision to voluntarily implement the SNI are whether it understands the SNI documentation and the capability of the supporting organizations such as product certification and supervision and oversight bodies. Using cost and benefit analysis this study finds that companies believe that they benefit from an improved “image” if they implement SNI. The biggest cost in voluntarily implementing the SNI is in establishing a certified testing laboratory. In order to support the implementation of the SNI, socialization and assistance to manufacturers should be conducted, incentives should be provided for the establishment of laboratory infrastructure, and the process to obtain an SNI certificate should be streamlined.
References
American Society for Quality (ASQ). (2012, January 22). Decision Matrix. Diunduh tanggal 29 April 2012 dari http://asq.org/ learn-about-quality/decision-makingtools/ overview/decision-matrix.html
Badan Standardisasi Nasional (BSN). (2011, Juni 2). Berita : Setting the Standard in Indonesia ISO SNI WTO. Diunduh tanggal 20 Mei 2012 dari http://www.bsn. go.id/news_detail.php?news_id=3064
Badan Standardisasi Nasional (BSN). (2011), April 25). Berita: Arti dan Peran Penting SNI. Diunduh tanggal 18 Mei 2012 dari http://www.bsn.go.id/news_ detail.php?news_id=2051
Badan Standardisasi Nasional (BSN). (2011). Buku Pengantar Standardisasi, Edisi Pertama. Jakarta: Badan Standardisasi Nasional.
Badan Standardisasi Nasional (BSN). (2011). Standar Nasional Indonesia Penguat Daya Saing Bangsa. Jakarta: Badan Standardisasi Nasional.
Badan Standardisasi Nasional (BSN). (2010, Februari 3). Berita : SNI bagian terpenting dari daya saing produk nasional. Diunduh tanggal 20 Mei 2012 dari http://www.bsn.go.id/news_detail. php?news_id=2051
Badan Standardisasi Nasional (BSN). (2010). Renstra BSN, tahun 2010-2014. Jakarta: Badan Standardisasi Nasional.
Badan Standardisasi Nasional (BSN). (2008). Kajian Awal Dampak Ekonomis Penerapan SNI Pada Produk Prioritas Terhadap Ekonomi Nasional. Jakarta: Badan Standardisasi Nasional.
Badan Standardisasi Nasional (BSN). (2005). Pedoman Standardisasi Nasional, PSN 01-2005, Pengembangan Standar Nasional Indonesia (SNI). Jakarta: Badan Standardisasi Nasional.
Badan Standardisasi Nasional (BSN). (2005). Rencana Strategis Badan Standardisasi Nasional 2005 – 2009. Jakarta: Badan Standardisasi Nasional.
Department for Communities and Local Government. (2009). Multi-Criteria Analysis: A Manual. London, UK: Department for Communities and Local Government.
Djainul Arifin. (2012). Faktor Yang Mempengaruhi Pelaku Usaha Dalam Menerapkan SNI. Mimeo.
Indonetwork. (2012, Maret 8). Alamat Produsen Mie Instan. Diunduh tanggal 19 Maret 2012 dari: http://indonetwork. co.id/companies/perusahaan-mi-instan. html
Investor Daily. (2010). Pemerintah Fasilitasi SNI Untuk KUKM. Diunduh tanggal 24 Maret 2012 dari http://kopma.lk.ipb. ac.id/2010/06/23/pemerintah-fasilitasisni- untuk-kukm/.
IPOTNEWS. (2011, September 2). SNI Wajib Diprioritaskan Untuk Industri Utama. Diunduh tanggal 28 Mei 2012 dari http://www.ipotnews.com/index.php ?level2=newsandopinion&level3=&level 4=othersmiscindustry&id=433547
Kementerian Perindustrian. (2012, November 20). Laporan Perkembangan Kemajuan Program Kerja Kementerian Perindustrian 2004 - 2012. Jakarta: Kementerian Perindustrian.
Media Industri Kementerian Perindustrian No.4. (2011). Memperkokoh Industry Led Growth. Jakarta: Kementerian Perindustrian.
Shepherd, William G. (1999). The Economics of Industrial Organization. 4th Edition. San Fransisco: Waveland Press.
Suara Merdeka.com. (2011, Mei 8). UMKM ber SNI Sangat Minim. Diunduh tanggal 28 Mei 2012 dari : http:// suaramerdeka.com/v1/index.php/read/ news/2011/11/27/102821
Whatindonews.com. (2013, April 3). Indonesia Pasar Mie Instan Terbesar Kedua Dunia. Diunduh tanggal 30 April 2013 dari : http://whatindonews.com/id/ post/2138
Copyright (c) 2017 Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.