DAMPAK KEBIJAKAN BEA KELUAR TERHADAP EKSPOR DAN INDUSTRI PENGOLAHAN KAKAO

  • Makmun Syadullah Kementerian Keuangan
DOI: https://doi.org/10.30908/bilp.v6i1.138
Abstract Views: 4812 | PDF Downloads: 1709

Downloads

Download data is not yet available.
  
Keywords: Bea Keluar, Efektif, Kualitas, Biji Kakao, Export Duties, Effective, Quality, Cocoa Beans

Abstract

Analisis ekspor kakao dan perkembangan industri kakao sebelum dan sesudah diterapkannya pajak ekspor dilakukan dengan pendekatan analisis deskriptif. Data yang digunakan dalam analisis adalah data sekunder yang bersumber dari Badan Pusat Statistik. Dalam rangka mendorong perkembangan industri pengolahan kakao, pada tahun 2010 pemerintah memberlakukan kebijakan pajak ekspor biji kakao. Kebijakan ini bertujuan untuk menghambat ekspor biji kakao dan untuk meningkatkan pasokan biji kakao industri dalam negeri. Data menunjukkan bahwa setelah pemberlakuan bea keluar, ekspor biji kakao mengalami penurunan dan jumlah perusahaan pengolahan kakao mengalami peningkatan. Namun demikian, industri pengolahan kakao belum beroperasi dalam kapasitas penuh. Rendahnya kualitas biji kakao yang diproduksi di Indonesia merupakan faktor utamanya. Untuk itu direkomendasikan agar pendapatan pemerintah dari bea keluar ekspor biji kakao dimanfaatkan kembali untuk pembinaan petani dalam meningkatkan kualitas biji kakao.

 

The study uses a descriptive analysis in comparing cocoa exports and development of the cocoa industry before and after the imposition of export duty. The analysis is based on the secondary data taken from the Central Agency of Statistics.To foster the development of the cocoa processing industry, in 2010 the government has issued a policy to impose export duties on the export of cocoa beans. This policy is aimed to hamper cocoa beans export and to boost cocoa beans supply to domestic industry. The available information shows that after its imposition there has been a decline in cocoa export and an increase the number of cocoa processing companies. However, the cocoa processing industry has not yet operated in its full capacity. This is caused by the low quality of cocoa beans produced in Indonesia. It is then recommended that the government’s revenue from cocoa beans export should be returned back to farmers in improving the quality of cocoa beans. By doing so, the farmer will be compensated by the government in the form of improved and adequate infrastructure in the production center of cocoa beans, as well as provision of higher quality seeds and better counseling.

Author Biography

Makmun Syadullah, Kementerian Keuangan
Badan Kebijakan Fiskal

References

Adolf, Huala. (2005). Hukum Perdagangan Internasional. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Badan Pusat Statistik. (2011). Statistik Indonesia 2011. Jakarta: BPS. Copal Cocoa Info. (2011). Issue No. 424. 24th – 28th January 2011.

Cocoa Report Annual. (2012). Global Agricultural Network. 15 Maret 2012.

Daryanto. (2007). The Analysis of the Competitivenes of Indonesia Cocoa in the International Market. These MBIPB, tidak diterbitkan.

Dewan kakao Indonesia. (2011). Strategi Pengembangan Agribisnis Perkakaoan Nasional, disampaikan dalam Focus Group Discussion pada Badan Kebijakan Fiskal, 5 Mei 2011.

Fuady, Munir. (2004). Hukum Dagang Internasional (Aspek Hukum dari WTO). Bandung: PT Citra Aditya Bakti.

Hamdani, Hady. (1999). Ekonomi Internasional, Teori dan Kebijakan Perdagangan Internasional. Jakarta: Ghalia Indonesia.

International Cocoa Organization. (2009). Cocoa year 2008/09. Quarterly Bulletin of Cocoa Statistics, Vol. XXXV (4), pp. 1

Kartadjoemena, H.S. (1996). GATT, WTO: Sistem, Forum dan Lembaga Internasional di Bidang Perdagangan. Jakarta: IU-Press.

Kartadjoemena, H.S. (1997). GATT, WTO dan Hasil Uruguay Round. Jakarta: UI- Press.

Kontan. (2011). Petani Mulai Fermentasi Kakao, Impor Kakao Turun. 14 Desember 2011

Media Industri. (2010). Penerapan Bea Keluar: Dorong Industri Kakao Domestik. Nomor 02, 2010.

Munadi, E. (2007). Penurunan Pajak Ekspor dan Dampaknya Terhadap Ekspor Minyak Kelapa Sawit Indonesia Ke India (Pendekatan Error Correction Model), Informatika Pertanian, Vol.16 (2), pp. 10191036

Nielsen, J. U., E. S. Madsen, dan K. Pedersen. (1995). International Economics: Wealth of Open nations. London, U.K.: McGraw-Hill International.

Nurasa, Tjetjep., dan Muslim, Chairul. (2004). Perkembangan Kakao Indonesia Dan Dampak Penerapan Kebijakan Eskalasi Tarif Dipasaran Dunia: Kasus Kabupaten Kolaka, Provinsi Sulawesi Selatan. Bogor: Pusat Analisis Ekonomi Dan Kebijakan Pertanian, Badan Litbang Pertanian.

Redruello, Francisco. (2011). Cocoa Commodity Futures Shaken by Unrest in Côte d’Ivoire. Diunduh pada Februari 2012 dari http:// blog.euromonitor.com/2011/02/ cocoa-commodity-futures-shakenby-unrest-in-c%C3%B4te-divoire. html

Rimawan, Praditya., Widodo, Tri., Amirullah, dan Hadi, Setya. (2011) Evaluasi Kebijakan Bea Keluar Biji Kakao di Indonesia. Yogyakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Gajah Mada.

Riyanto, Sigit. (1998). Implementation of the GATT Tariff System: A Vehicle for International Trade or Trick?. Mimbar Hukum, Vol. VII (29).

Sanusi, F. (2011). Peran Askrindo Dalam Penguatan Perkakaoan Nasional dan Berbagai Tantangan, disampaikan dalam Focus Group Discussion pada Badan Kebijakan Fiskal, 5 Mei 2011.

Sugiyarto,dkk. (2007). Ekonomi Mikro: Sebuah kajian Konprehentif. Jakarta: PT Gramedia.

Published
2012-07-31
How to Cite
Syadullah, M. (2012). DAMPAK KEBIJAKAN BEA KELUAR TERHADAP EKSPOR DAN INDUSTRI PENGOLAHAN KAKAO. Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, 6(1), 53-68. https://doi.org/10.30908/bilp.v6i1.138
Section
Articles