@article{Resnia_2012, title={FLUKTUASI HARGA BAHAN PANGAN POKOK (BAPOK) DAN DAYA BELI KELOMPOK MASYARAKAT BERPENDAPATAN RENDAH}, volume={6}, url={https://jurnal.kemendag.go.id/bilp/article/view/130}, DOI={10.30908/bilp.v6i2.130}, abstractNote={<p>Harga bahan pangan pokok cenderung meningkat selama 3 tahun terakhir dan diprediksi akan terus naik. Harga tersebut naik 5-12% per tahun selama tahun 1999-2011. Harga beras, gula dan daging ayam juga cukup berfluktuasi dengan Koefisien Keragaman masingmasing sebesar 13,7%, 10,0% dan 9,1%. Hasil analisis paritas impor juga menunjukkan bahwa perbedaan harga eceran domestik untuk beras dan tepung terigu dengan paritas impornya adalah 20,0% dan 59,4 %. Hal ini menunjukkan bahwa konsumen tidak menerima harga yang seharusnya yang mungkin disebabkan oleh tidak efisiennya proses produksi dan distribusi serta struktur pasar yang kurang kompetitif. Namun demikian, kenaikan harga-harga tersebut tidak dapat dikompensasikan secara proporsional oleh kenaikan pendapatan beberapa kelompok masyarakat. Oleh karena itu analisis ini bertujuan untuk memberikan gambaran pengaruh dinamika harga bahan pangan pokok terhadap daya beli masyarakat berpendapatan rendah dengan metode rasio dan indeks. Hasil analisis menunjukkan khususnya pada krisis pangan tahun 2009, daya beli mereka turun 1–5%. Selama periode tersebut, daya beli buruh tani dan bangunan masing-masing turun 5% dan 3%. Bahkan, sejak tahun 2005 daya beli buruh manufaktur sudah mengalami penurunan.</p><p> </p><p><em>Prices of </em>staple  foods  have<em> been increasing for last three years and estimated to continue to rise. The prices have grown 5-12% annually during the period of 1999-2011. In particular, prices of rice, sugar and chicken meat were also considerably fluctuated with Coefficient of Variation (CV) of 13.7%, </em>10,0%<em> and 9.1%, respectively. Additionally, import parity analysis shows that discrepancies between </em>domestic<em> retail price of rice and wheat flour and their import parity reached 20,0%  and 59.4%, respectively. This indicates that consumers receive higher prices than they should have due to inefficiency in </em>production<em> process, </em>distribution<em> and less competitive market structure. Nonetheless, the price hikes are not fully compensated by wage increase of low-income groups. In the period of 2009 food crisis, </em>their  purchasing<em> power declined by 1–5%. During the period, </em>purchasing<em> power of labors in agriculture and construction sector was declining by 5% and 3% respectively. </em>Purchasing<em> power of labors in </em>manufacturing<em> sector has even started declining since 2005.</em></p&gt;}, number={2}, journal={Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan}, author={Resnia, Ranni}, year={2012}, month={Dec.}, pages={169- 188} }